hanya sekedar cerita

Beberapa saat telah berlalu. Terjadi kejadian seru di setiap pos. Mulai dari kakak senior yang ngerjain juniornya, sampai bentak-bentak para junior juga. Tapi, kejadian yang paling heboh terjadi di pos 4. Cakka yang tiap jam tambah be-te nya itu, jadi tambah super duper be-te karna kesalahan kecil para adik juniornya.

“ Regu 3?!” tanya Cakka dengan nada yang tinggi. Para junior di hadapan Cakka sekarang hanya bisa menunduk ketakutan. “Kalian tahu? Regu 4,5,6 aja itu udah nyampek pos 4 dari tadi. Terus kalian yang regu 3, regu yang udah diberangkatkan lebih dulu..eh..malah telat! Gimana sich?” kata Cakka nggak abis pikir.

Akhirnya Cakka jadi marah-marah besar sama regu 3. Ya mungkin karna ada pengaruh be-te nya juga. Cakka udah 15 menit meluapkan kekesalan, kebetean, kemarahan, dan sebagian unek-unek yang mengganjal di hatinya. Jadi waktu itu Cakka terlihat sangat marah kepada juniornya. Di tengah perkataan Cakka,

“Cakk udah donk. Lo udah 15 menit marah-marah terus. Nggak capek apa?” sahut Ina yang mendampinginya sambil menenangkan dirinya. Tapi nggak ada yang bisa bikin amarah Cakka reda.

Cakka masih marah-marah. Sementara regu lain yang baru berdatangan, diurusi oleh senior di pos 4 yang lain. Beberapa saat setelah Ina menenangkan Cakka, Aya kebetulan lewat. Melihat kejadian itu Aya merasa iba and kasihan pada para juniornya yang lagi kena semprot Cakka. Apalagi Cakka kalau nyemprot, terlihat terlalu berlebihan di mata Aya.

Aya menghampiri Ina. “Kenapa tuh anak?” tanya Aya pada Ina. “Biasalah Cakka. Tapi ….dia udah kayak gitu sejak 15 menit yang lalu,” terang Ina pada Aya.

“Puterin tu lapangan sekolah 3 kali !” perintah Cakka tiba-tiba pada juniornya itu. Aya yang mendengar hal itu terkejut.

“Cakk!! Lo udah gila apa? Masa malem-malem kayak gini suruh muterin lapangan. Yang bener aja?” seru Aya reflek.

Cakka menoleh. “Kenapa?” sahut Cakka sinis nggak peduli.

“Ya.. keterlaluan banget sich lo!! masa sampai suruh muterin lapangan? 3 kali lagi,” jawab Aya setengah hati.

“Suka-suka gw donk! Salah sendiri mereka bikin kesalahan,” balas Cakka gak mau dibilang keterlaluan. Terjadi perdebatan mulut antara Cakka dan Aya. Keadaan menjadi sedikit risuh. Emang sich mereka sering berantem, tapi kali ini kelihatannya serius. Sementara para junior yang dimarahi Cakka tadi masih tetap diam ditempatnya.

“Udahlah lo nggak usah cerewet kayak gitu! Dan nggak usah ikut campur!” bentak Cakka pada Aya.

“Gw bukan mau ikut campur! Tapi jangan keterlaluan gitu donk sama adik kelas. Mentang-mentang lo kakak kelas, adik kelas lo perlakuin kayak gitu!” balas Aya nggak mau kalah.

“Eh, Ay…… ini tu diklat. Jadi wajar donk. Lagi pula kenpa sich lo ada disini? Dan kenpa lo ikut ngurusin urusan di pos gw? kenapa lo gak ngurusin urusan di pos lo aja? Lo punya pos kan?” serbu Cakka pada Aya. Emosi Aya serasa dipancing.

“Cakk!! Kenapa sich lo? nggak sama adik kls nggak sama gw marah mulu..? gw kan cuma ngingetin! Lagi dapet apa lo?” balas Aya sambil menyelipkan guyonan dalam perkataannya. Tapi sepertinya Cakka menganggap itu bukan sebuah gurauan.

“Lo yang kenpa? Kenapa lo belain adik kelas segitunya?”

“Kok belain sich? Gw tu Cuma ngengitin lo. Kira-kira donk klo marah.”

“DIEM..!!!” bentak Cakka tiba-tiba. Aya kaget, tercengang, dan tidak menyangka Cakka akan membentaknya sekasar itu. “Cakka? Kenpa sich lo? kenapa gw jad…………….,” perkataan Aya terpotong, terpotong karana Cakka menyelanya.

“Lo yang kenpa?” pertengkaran antara Cakka dan Aya semakin menjadi. Kini semua perhatian tertuju pada mereka berdua.

“Yang kenapa tu lo?? dari tadi marah2 gak jelas! Gw kan cuma ngengetin. Klo lo gak trima ya udah! Dan nggak perlu pakek bentak2 gw segala!” Aya tak mau kalah dari Cakka.

“Yang mulai duluan kan lo!! kenapa semua jadi kayak salah gw ?” Cakka juga tak mau kalah dari Aya. Mereka masih bertengkar hebat. Sementara Ina gak bisa ngapa-ngapain. Di tengah pertengkaran Cakka dan Aya, Sia yang terganggu karna acara ribut2 mereka berdua, terpancing untuk datang ke posnya Cakka itu.

“Ada apa ini?” tanya Sia heran melihat Cakka dan Aya dengan wajah geram mereka berdua. “Ini si Cakka! Marah marah gak jelas!!” lapor Aya kesal pada Sia. “Cakka?” Sia mencoba memastikan.

“Kok gw? dia yg bikin ulah duluan,” bantah Cakka tak mau disalahkan.

“Kok gw?!!” sela Aya. “Ya lo kan yang dateng tiba tiba, trus pakek acara ikut campur segala!” Cakka masih terlihat benar benar marah. Pertengkaran mereka berdua masih terus berlanjut meskipun ada Sia di sana.

“Stopp!!!” bentak Sia pada keduanya. “Kalian nggak malu apa kayak gini di hadapan junior kalian?” tanya Sia. Cakka dan Aya tak menjawab. Mereka saling berkonsentrasi dg emosi mereka masing2.

“Gw tahu kalian itu sering berantem. Tapi yang lihat kondisi dan situasi donk. Jangan seenaknya kayak gini! Kita itu lagi dalam acara yang cukup formal. Di awasi oleh pengawas. Terus nanti kalau mereka tahu ada hal yang kayak gini. Laporan kayak apa yang kita dapet dari mereka?” terang Sia panjang lebar dg rasa kebijaksanaannya itu.

“Tapi Si… gw tu tadi tujuannya mau ngingetin Cakka doank,” balas Aya nggak mau terlalu disalahkan.

“Udah cukup! Sekarang kalian ikut gw!” perintah Sia tegas pada Cakka dan Aya. Sia mulai beranjak. Tapi Cakka dan Aya masih mematung ditempatnya. “Ayo…,” perintah Sia lagi. “Ina.. tolong lanjutin ya…,” katanya pada Ina yg dari tadi hanya diam. Ina mengangguk.

Aya dan Cakka mengikuti Sia ke ruang kerja Sia. Sesampainya mereka di tempat tujuan. “Kalian tu kenapa sich? Nggak bisa dewasa sedikit? Tolong donk sehari aja!” Sia membuka pembicaraan. Aya dan Cakka hanya diam. “Cakk, Ay…. Jangan kayak gini,” pinta Sia lagi pada mereka berdua.

“Ini tu semuanya gara2 Cakka. Dia tiba2 sewot sama gw!” sahut Aya.

“Eh…. yang buat gara2 tu kan lo!! kenapa sich cewe tu cerewet bgt. Dan kenapa cewe tu nggak mau ngaku klo dia salah?” sahut Cakka tanpa melirik Aya.

“Eh… jaga tu mulut. Lo piker cowo gak gitu apa? Lagi pula kenapa gw harus ngaku? Gw kan nggak salah!” bantah Aya.

“Ayo donk stop jangan mulai lagi!!” bentak Sia melerai mereka.

“Eh… yang seharusnya jaga mulut tu lo!! di lihat dari segi mana aja, yang salah dan buat gara2 duluan tu lo!!” bantah Cakka pada Aya tanpa memperdulikan Sia.

“Wooooyy!!!” bentak Sia pada keduanya. Aya dan Cakka kemudian menghentikan pertengkaran mereka. “Gini deh.. sekarang kalian duduk. Dan cerita sama gw, gimana kejadiannya..,” pinta Sia menenangkan keadaan. Mereka ber3 duduk sendiri2. Aya memulai bercerita kejadian yang sebenarnya pada Sia. Dan sekarang Sia mengerti bagaimana kejadian yang sebenarnya terjadi.

“Ok. Sekarang gw ngerti. Denger ya… Ay, sebenernya lo nggak boleh kayak gitu,” terang Sia kemudian.

“Tapi Si kenapa? Gw kan niatnya baik,” bantah Aya.

“Iya gw tahu. Tapi waktu itukan porsinya Cakka. Dan lo nggak berhak ikut campur sampai sengotot itu, walaupun lo niatnya baik,” terang Sia pelan2 pada Aya.

“Denger tuh!!” sahut Cakka sinis.

“Lo juga Cakk. Lo juga salah,” balas Sia. Cakka mengerutkan dahinya, sebagai tanda ketidak mengertiannya mendengar ucapan Sia. “Walaupun lo senior di sini, tapi lo juga nggak boleh terlalu nyemprot junior kayak gitu,”

“Dengerin tuh..,” sahut Aya tiba2 pada Cakka, merasa menang.

“Tolong donk klo kalian punya masalah pribadi tentang apa aja. Jangan di bawa-bawa, sampai kalian marah2 kayak tadi,” pinta Sia pada keduanya. “Sekarang kalian minta maaf gi,” pinta Sia kemudian. Cakka dan Aya hanya diam. “Apa kalian mau gw kunciin di sini sampai kalian minta maaf baru gw buka?” tawar Sia. Cakka dan Aya tetap diam. “Ok.. klo gitu gw tinggal kalian di sini. Sampai kalian mau saling minta maaf. Gimana?” tawar Sia lagi. Cakka dan Aya hanya membuang pandangan cuek. Sia lalu meninggalkan mereka……….. setelah Sia keluar.

Cakka dan Aya hanya berdiam diri saja. Pada gengsi sich…. !! mereka sesekali saling berpapasan melirik. Setelah beberapa menit kemudian, tanpa mengucapkan sepatah katapun Cakka tiba2 beranjak dari sana.

“Eh.. kemana lo?” tanya Aya yang ditinggal begitu saja.

“Cari angin,” jawab Cakka singkat sambil terus berjalan. Aya lalu mengikuti kemana Cakka pergi.

“Cakk! Lo kan belum minta maaf sama gw. kok pergi gitu aja sich?” keluh Aya yg berada di belakang Cakka. Tapi Cakka nggak nyaut dan tetap berjalan. Dan ternyata Cakka menuju pos gw, pos 9. Sementara senior2 yg lain udah pada kumpul di pos 9 dari tadi. Jadi senior yg ada di pos 9 saat itu, tahu kejadian yang baru terjadi antara Cakka dan Aya.

Cakka dan Aya udah sampai di pos 9. Tapi Aya masih ngomel2 nggak jelas. “Cicakkkkk!!! Lo kan belum minta maaf sama gw..,” teriak Aya sesampainya di pos 9. Cakka memalingkan tubuhnya menghadap Aya.

“Eh.. denger ya monyet bawelll !! sampai kapanpun juga, gw gak bakal ngucapin kata maaf ke lo,” jawab Cakka sambil menepuk bahu kanan Aya.

“Kok gitu sich??” balas Aya nggak terima.

“Udah lah monyet jelek gw ngantuk,” sahut Cakka enteng sambil beranjak duduk di dekat Gabriel.

“Kelihatannya mereka udah baikkan deh Si,” bisikku pada Sia yang berada ngepos di pos ku dan Gabriel. Sia mengangguk dan menyunggingkan sebuah senyuman lega di bibirnya.

Hahhhhhh masalah Cakka dan Aya udah selesai. Pertengkaran yang terjadi di antara mereka sekarang sudah seperti biasanya. Pertengkaran yang membuat mereka malah menjadi semakin dekat……. Dan diklat pun ikut beralkhir pula.

Label: edit post
0 Responses

Posting Komentar